Dalam konteks pembangunan pertanian, jika kita merujuk pada paradigma pembangunan manusia maka hal mendasar yang perlu menjadi prioritas dalam kegiatan pembangunan pertanian adalah mempersiapkan masyarakat tani yang mempunyai kapasitas dalam memantapkan proses perubahan struktural yang muncul sebagai akibat pergeseran paradigma pembangunan tersebut. Dalam perspektif analisis perubahan struktural dapat disimpulkan bahwa keterbelakangan kehidupan masyarakat tani lebih dikarenakan struktur perekonomian dan sosial politik tidak menguntungkan mereka, sehingga upaya yang mesti dilakukan mestilah mengacu pada pemerataan akses modal, produksi dan pasar. Sedangkan dalam perspektif analisis perubahan kultural dapat disimpulkan bahwa keterbelakangan yang dialami oleh masyarkat tani lebih dikarenakan rendahnya kapasitas sumber daya petani itu sendiri dalam hal penguasaan teknologi dan kemampuan manajerial yang rendah dalam mengelola usaha pertanian mereka. Dalam kondisi demikian maka upaya yang mesti dilakukan adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia petani dalam hal penguasaan teknologi dan peningkatan kemampuan manajerial agar lebih efisien dan efektif dalam mengelola usaha pertanian mereka.
Pembenahan secara struktural dengan perombakan sistem pemerintahan dan perbaikan sistem ekonomi dan politik belumlah cukup untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani, karena selain pada persoalan struktural tersebut, masyarakat tani juga dihadapkan pada persoalan rendahnya kemampuan mereka dalam hal penguasaan teknologi dan terhambatnya kreatifitas mereka dalam mencoba hal-hal baru yang dapat mendukung kegiatan pertanian mereka, mengingat selama kurang lebih 32 tahun khususnya semenjak revolusi hijau, mereka hanya dijadikan objek dan kegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi pertanian dengan sistem alih teknologi yang top down dan cenderung tidak mengakar pada persoalan spesifik lokal. Untuk mengatasi masalah demikian maka diperlukan adanya pola baru yang dipraktekkan pada kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian yang betul-betul berbasis pada pemberdayaan masyarakat tani dengan mendorong kreatifitas dan inovasi serta kemandirian petani dalam menjalankan usaha pertanian mereka. Pemberdayaan masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas dan produktifitas kearah kemandirian, dapat ditempuh dengan strategi penguatan kelembagaan masyarakat melalui pendampingan masyarakat tani oleh pemerintah maupun peneliti peneliti bidang pertanian. Dengan strategi pendampingan tersebut diharapkan akan menumbuh kembangkan kelompok-kelompok usaha produktif di masyarakat yang kemudian melahirkan komitmen masyarakat sebagai pelaku dan pendukung pembangunan pertanian.
Pembenahan secara struktural dengan perombakan sistem pemerintahan dan perbaikan sistem ekonomi dan politik belumlah cukup untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani, karena selain pada persoalan struktural tersebut, masyarakat tani juga dihadapkan pada persoalan rendahnya kemampuan mereka dalam hal penguasaan teknologi dan terhambatnya kreatifitas mereka dalam mencoba hal-hal baru yang dapat mendukung kegiatan pertanian mereka, mengingat selama kurang lebih 32 tahun khususnya semenjak revolusi hijau, mereka hanya dijadikan objek dan kegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi pertanian dengan sistem alih teknologi yang top down dan cenderung tidak mengakar pada persoalan spesifik lokal. Untuk mengatasi masalah demikian maka diperlukan adanya pola baru yang dipraktekkan pada kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian yang betul-betul berbasis pada pemberdayaan masyarakat tani dengan mendorong kreatifitas dan inovasi serta kemandirian petani dalam menjalankan usaha pertanian mereka. Pemberdayaan masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas dan produktifitas kearah kemandirian, dapat ditempuh dengan strategi penguatan kelembagaan masyarakat melalui pendampingan masyarakat tani oleh pemerintah maupun peneliti peneliti bidang pertanian. Dengan strategi pendampingan tersebut diharapkan akan menumbuh kembangkan kelompok-kelompok usaha produktif di masyarakat yang kemudian melahirkan komitmen masyarakat sebagai pelaku dan pendukung pembangunan pertanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar